13 July 2014

Contoh Jurnal Laporan Kerja Praktek

PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN NOBLE HOUSE
Masalah Khusus: Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pelat Lantai 5 dan Perhitungan Volume Floor Hardener
THE OFFICE BUILDING CONSTRUCTION OF NOBLE HOUSE
Special Problem: Execution Method of Fifth Floor Plate and Calculation of Floor Hardener Volume

Dadi Damanhuri A.G

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Gunadarma

ABSTRAK
Pembangunan gedung perkantoran Noble House yang terletak di Jalan Lingkar Mega Kuningan E-67, Kuningan, Jakarta Selatan merupakan sebuah proyek yang dibangun untuk mendukung aktivitas masyarakat yang terus bertambah. Gedung ini dibangun untuk menunjang kegiatan bisnis dan ekonomi mengingat lokasinya yang berada di kawasan pusat bisnis Jakarta. Gedung yang dibangun dengan total 32 lantai ini menggunakan metode konvensional pada proses pengecorannya, baik pekerjaan balok, kolom, maupun lantai. Masalah yang diambil adalah metode pelaksanaan pekerjaan pelat lantai 5, meliputi pekerjaan pemasangan bekisting, pengecekan elevasi, pemasangan besi tulangan, pengecekan tulangan pada area sebelum pengecoran,  pengadaan beton, tes slump dan pengambilan sampel beton, kemudian penuangan beton dari mobil pompa ke area pengecoran sampai proses pemeliharaan beton dan pembongkaran bekisting. Dari hasil perhitungan, jumlah kebutuhan floor hardener yang digunakan sebanyak 276 sak sika chapdur dan 100 sak penetron.

Kata Kunci   :  Metode Pelaksanaan, Konvensional, Pelat Lantai, Floor Hardener


ABSTRACT
The offcice building construction of Noble House at Lingkar Mega Kuningan E-67 street, Kuningan, South Jakarta is a project built for support the growing activities of citizen. This building was built to support business and economic activities given location in the central business district of Jakarta. Buildings are constructed with a total 0f 32 floors of this using the conventional method of casting process, in the beams, columns and floors. Special problem is the method of implementation work on the 5th floor slab, includes installation of formwork, checking elevation, installation of steel reinforcement, reinforcing checks on the area before casting,  procurement of concrete, slump test and concrete sampling, then pouring the concrete from the pump car to the foundry area until the concrete maintenance and dismantling of formwork. From count result, total requirement floor hardener one that is utilized as musch 276 sak sica and 100 sak penetron.

Keywords     : Execution Methods, Conventional, Floor Plate



PENDAHULUAN
Pelat atau slab adalah elemen bidang tipis yang menahan beban-beban transversal melalui aksi lentur ke masing-masing tumpuan.
Teori pertama tentang bangunan dengan lantai beton bertulang diturunkan berdasarkan asumsi yang identik dengan bangunan kayu. Gaya-gaya pada struktur kayu ditransmisikan dari lantai kayu ke balok anak, balok induk dan ke kolom. Sistem slab-balok-kolom beton bertulang juga dianggap serupa. Distribusi bebannya sedemikian rupa, sehingga defleksi lajur pelat yang orthogonal adalah sama.
Pada konstruksi beton bertulang, pelat digunakan sebagai lantai, atap dari gedung, lantai jembatan, lapis perkerasan pada jalan raya dan landasan bagi pesawat terbang di bandara. Hal ini terjadi karena pelat merupakan elemen struktur penahan beban vertikal yang rata dan dapat dibuat dengan luasan yang cukup besar. Tujuan pengambilan masalah khusus tentang metode pelaksanaan pekerjaan pelat lantai pada proyek Noble House antara lain mengetahui metode pelaksanaan pekerjaan pelat lantai 5 pada proyek Noble House, mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan pada pekerjaan pelat lantai, mengetahui kebutuhan volume floor hardener yang digunakan pada pekerjaan pelat lantai 5.

METODE PENELITIAN
Pelaksaaan pekerjaan pelat lantai pada proyek Noble House menggunakan cara konvensional atau pengecora beton di tempat, pekerjaan tersebut dilakukan dengan beberapa tahapan. Masing-masing tahapan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar hasil yang didapat berfungsi sesuai dengan rencana. Tahapan tersebut dikerjakan berdasarkan instruksi kerja yang telah dibuat. Pembahasan mengenai pekerjaan pelat lantai ini mengacu pada sebagian area lantai 5 dengan luas kurang lebih 2.300 m2. Adapun urutan pekerjaan yang dilakukan pada pekerjaan tersebut dapat dilihat dalam Gambar 1.






































Gambar 1. Skema Pekerjaan Pelat Lantai

PEMBAHASAN
Pekerjaan Bekisting Lantai
            Pekerjaan bekisting merupakan pekerjaan pembuatan cetakan beton segar yang sesuai dengan bentuk dan dimensi rencana. Bekisting umumnya terdiri atas perancah dan cetakan beton, untuk memberikan kualitas yang baik dalam pelaksanaan dan hasilnya. Salah satu sistem yang dapat digunakan adalah bekisting dengan sistem PCH, mengingat letak area pengecoran yang berada di lantai 5, PCH atau perancah digunakan sebagai penahan beban dari beton dan supaya tidak terjadi deformasi pada lantai tersebut. Proses ini dimulai dengan melakukan pengukuran phenol film dan pemotongannya sesuai dengan luas lantai 5. Selanjutnya pemasangan PCH dan phenol film. Setelah semua terpasang langkah selanjutnya adalah melakukan penutupan celah-celah bekisting menggunakan lakban.

Pengecekan Elevasi Lantai
            Proses cek elevasi sebelum pengecoran harus dilakukan setelah pekerjaan bekisting selesai, dengan menyetel jack base atau U-Head dari perancah beton dibantu dengan alat auto level.

Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan ini memegang peranan penting dari aspek kualitas pelaksanaan mengingat fungsi besi tulangan yang penting dalam kekuatan struktur gedung. Proses pembesian pada pekerjaan pelat lantai proyek Noble House dilaksanakan berdasarkan spesifikasi teknis yang telah dibuat. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan besi tulangan adalah sebagai berikut :
1.        Besi harus bersih (dari kotoran dan  minyak).
2.        Perletakan tulangan harus diatur sehingga ada ruang tersedia untuk proses pemadatan beton.
3.        Besi harus berjarak minimal 5 cm dari logam yang lain.
4.        Tumpukan besi jangan sampai bersentuhan dengan tanah, setiap bandel besi harus terdiri dari satu jenis besi(bentuk dan diameter).
Peralatan Pembesian:
1.             Bar bender, lengkap dengan piringan tekuk untuk berbagai diameter besi.
2.             Bar cutter
3.             Gurinda resibon, untuk memotong kawat beton
4.             Material : besi, kawat bendrat dan beton decking
Langkah Kerja Pembesian:
1.             Fabrikasi
Besi yang digunakan untuk tulangan pelat lantai yaitu besi D8. Pemotongan besi harus tepat sedemikian rupa, agar setelah ditekuk bentuk dan panjang besi sesuai dengan rencana. Penekukan atau pembengkokan besi harus menggunakan piringan tekuk sesuai jenis diameter besi. Pengelompokan dan penandaan besi sesuai lokasi instalasi.
2.             Instalasi
Pembuatan marking form work atau bekisting sudah harus ada terlebih dahulu sebelum instalasi besi. Pemasangan besi sesuai gambar/BBS dan selimut beton, pada pelat lantai 5 menggunakan jenis tulangan 1 arah. Pembesian pada pelat lantai harus berada di atas dudukan berupa beton decking, pengikatan besi dengan kawat beton dan beton decking harus aman terhadap getaran vibrator saat pengecoran.

Checklist Tulangan
Sebelum dilakukan pengecoran, wajib dilakukan pengecekan area yang mau dicor. Beberapa hal yang harus dicek adalah dimensi besi tulangan yang digunakan, jumlah besi, jarak besi tulangan, panjang penyaluran, beton decking, dan tinggi cakar ayam, semua itu harus sesuai dengan rencana yang ada pada gambar.

Pembersihan Area
Proses kebersihan area yang ingin dicor dilakukan terakhir setelah aktifitas pekerjaan yang lain seperti pembesian dan bekisting selesai. Semua sampah-sampah seperti kawat, puing, kayu dan lain-lain dibersihkan secara manual maupun dengan menggunakan compressor.

Pengadaan Beton
Metode pelaksanaan pekerjaan pelat lantai pada proyek Noble House menggunakan metode konvensional. Sebelum pemesanan beton, terlebih dahulu dihitung volume beton yang dibutuhkan sesuai gambar shop drawing dengan kelebihan beton diperkirakan 5% dari total volume, pemesanan sudah dilakukan 1 hari sebelum waktu pengecoran agar persediaan beton terjamin.
Pemesanan beton disesuaikan dengan area yang dicor yaitu pada lantai 5, nilai slump beton 12 2 cm dan beton yang digunakan yaitu beton K-400. Supplier beton readymix pada proyek Noble House ini dari PT. Pionirbeton Industri.
Waktu (scheduling) pengiriman beton (mobil mixer) juga disesuaikan dengan area yang dicor, untuk pelat lantai menggunakan concrete pump dengan waktu penuangan beton 1 mobil mixer 15-30 menit dan di dalam concrete pump harus selalu ada beton, untuk pengecoran lantai ditentukan sekali pengiriman 3 mobil mixer, pemesanan berikutnya dapat dilakukan setelah proses penuangan beton pada mobil mixer terakhir.
Setiap beton (mobil mixer) yang datang harus diperiksa surat jalannya sesuai dengan pemesanan (volume, slump, pemakaian bahan additive), diukur dan dicatat slumpnya dengan alat slump test, bila tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang ada, beton dapat dianggap tidak memenuhi syarat dan tidak diterima.

Tes Slump Beton
             Proses tes slump dilakukan sebelum beton dibongkar untuk memastikan beton yang digunakan layak atau tidaknya. Beton yang digunakan adalah beton segar, nilai slump ditentukan berdasarkan spek untuk masing-masing mutu yang digunakan.
Pengujian angka slump dilakukan dengan menggunakan kerucut Abrams (Abrams Cone) serta melalui prosedur sebagai berikut:
1.        Alat uji slump terdiri dari
a.    Kerucut Abrams yang memiliki diameter atas 10 cm dan diameter bawah 20 cm serta tinggi kerucut 30 cm.
b.    Tongkat baja dengan panjang 60 cm dan diameter 16 mm.
2.        Kerucut Abrams diletakkan pada bidang datar dan rata yang tidak menyerap air, umumnya menggunakan alas berupa tripleks dan ketika pelaksanaan kerucut ditekan supaya kokoh.
3.        Adukan campuran beton diambil secukupnya untuk kemudian dimasukkan ke dalam kerucut dalam 3 lapis yang kira-kira masing-masing lapis berisi 1/3 isi kerucut. Tiap lapis ditusuk dengan tongkat baja 25-30 kali agar adukan yang masuk dalam kerucut lebih padat.
4.        Adukan yang berserakan dan jatuh di sekitar kerucut dibersihkan lalu permukaannya diratakan kemudian kerucut ditarik vertikal perlahan-lahan.
5.        Setelah kerucut Abrams terbuka maka sesegera mungkin dihitung penurunan puncak kerucut terhadap tingginya semula.
6.        Hasil pengukuran beda tinggi inilah yang disebut nilai slump dan merupakan ukuran kekentalan adukan beton.
7.        Adukan beton dengan hasil slump yang tidak memenuhi syarat maka tidak boleh digunakan.

Pengambilan Sampel Beton
Proses pengambilan sampel dilakukan untuk mengetahui kuat tekan beton yang digunakan memenuhi syarat. Pengambilan sampel ditentukan berdasarkan spek, pada pengecoran lantai sampel yang diambil setiap 20 m3 untuk setiap 1 set terdiri dari 5 silinder benda uji.

Pengadukan Mortar Sebelum Pengecoran Beton
Proses pengadukan mortar dilakukan sebelum beton dituang kedalam pompa, hal ini sebagai pelicin agar beton ketika ditembak tidak macet. Campuran mortar terdiri dari adukan semen, pasir, dan air.

Penuangan Beton ke Mobil Pompa
Proses penuangan beton dilakukan setelah mortar dimasukkan kedalam pompa dan hasil slump test memenuhi standar.

Chipping Sambungan Beton Lama
Pekerjaan ini dilakukan pada proses pengecoran lantai merupakan lanjutan dari pengecoran sebelumnya, karena pengecoran pada lantai 5 tidak seluruhnya dicor pada satu waktu, maka perlu adanya proses chipping. Pekerjaan chipping sambungan dengan beton lama dilakukan agar beton lama dan beton yang baru dapat terikat. Proses chipping setinggi lantai dan kurang lebih setebal 1-2 cm pada area yang ingin dicor.

Pekerjaan Pengecoran
Proses pekerjaan pengecoran dilakukan saat beton telah dituang atau ditembak menggunakan mobil pompa ke area yang dicor. Dalam pengecoran terdiri dari beberapa pekerjaan seperti pemadatan dengan vibrator, perataan menggunakan cangkul, jidar, dan pemotongan pipa-pipa jika menggunakan mobil pompa.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan selama proses pengecoran, diantaranya :
1.             Ketebalan/level horizontal untuk pelat lantai harus sesuai dengan gambar yang disetujui, untuk pengecoran lantai agar diperhitungkan lendutan yang terjadi selama proses pengecoran dan dikoordinasikan dengan pengerjaan bekisting, untuk mendapatkan level yang sesuai dan menghindari kelebihan beton.
2.             Selama proses pengecoran dilarang menambahkan air ke dalam beton baik pada mobil mixer, concrete pump, ataupun pada beton di area pengecoran karena akan mengurangi kuat tekan beton.
3.             Pemakaian alat vibrator diusahakan tidak mengenai besi dan bekisting.
4.             Penuangan beton dilakukan berurutan/tidak acak/berpindah-pindah.
5.             Untuk menjaga kerataan lantai, walaupun sudah memakai pipa hitam 3/4 , setelah beton diratakan dengan jidar sebaiknya juga dilakukan pemantauan kerataan dengan memeriksa titik-titik tertentu/ titik-titik pantau setiap 1m x 1m luas pengecoran.
6.             Jumlah vibrator harus memadai dengan jumlah volume beton yang dituang.
7.             Karena jumlah volume pengecoran yang besar maka disiapkan jumlah concrete pump dan supply beton yang seimbang.
Kepadatan lalu lintas sangat mempengaruhi supply beton dan slump.



Pekerjaan Floor Hardener
Proses pekerjaan floor hardener dilakukan saat beton 50 % mengering setelah pengecoran. Bahan yang digunakan adalah sika chapdur dan penetron, jadi setiap 1 m2 digunakan 3 kg floor hardener. Pekerjaannya dengan ditabur dan diratakan menggunakan mesin trowel. Perbandingan untuk lantai basement adalah 1 : 5, sedangkan untuk lantai atas 1 : 3, kemudian perbandingan jika menggunakan penetron adalah 1 : 1. Proses penaburan penetron dilakukan setelah sika chapdur.

Pekerjaan Perawatan (Curing)
Proses ini dilakukan setelah pengecoran selesai semua, hal-hal yang dilakukan pada proses perawatan ini antara lain proteksi lantai dengan menggunakan karpet, hal ini dilakukan agar beton tidak terkena matahari langsung yang dapat meningkatkan suhu beton juga sebagai proteksi dari jack base scaffolding yang dapat merusak lapisan permukaan beton yang telah diberi floor hardener. Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses perawatan (curing), yaitu :
1.             Untuk lantai, karena area yang dicor cukup luas, dan permukaan yang terbuka, setelah didapat area yang cukup luas dan beton sudah mengeras (setting time terpenuhi) curing sudah harus dilakukan dengan menyiramkan air langsung ke permukaan beton, namun tetap dijaga agar air tidak mengalir ke area yang masih berlangsung pengecoran.
2.             Setelah pengecoran selesai, maka dapat dilakukan curing dengan water ponding, yaitu dengan menanggul sisi luar area pengecoran dengan adukan semen dan pasir, kemudian area yang sudah dicor tersebut digenangi dengan air.
3.             Bila hal tersebut tidak dapat dilaksanakan dapat digantikan dengan menutup permukaan beton dengan karung goni yang dibasahi atau disiram dengan air.
4.             Waktu curing ini dilakukan selama 3 hari.


Marking Lantai
Proses pekerjaan marking as lantai dilakukan untuk menentukan as kolom dan dudukan sepatu kolom.

Pembongkaran Bekisting
Proses pembongkaran bekisting dilakukan pada hari ke 14 setelah pengecoran dan hasil kuat tekan beton benda uji umur 14 hari memenuhi standar. Kemudian dipasang shoring per jarak 2 meter, tahap selanjutnya adalah melakukan proses ekspose dak dan finishing kolom untuk permukaan beton yang masih kasar atau rusak.

Perhitungan Volume Floor Hardener
Pekerjaan pelat pada pada proyek Noble House, baik itu basement maupun lantai atas menggunakan floor hardener. Bahan yang digunakan yaitu sika chapdur dan penetron. Berikut adalah perhitungan kebutuhan volume floor hardener yang digunakan pada pekerjaan pelat lantai 5.
Luas pelat lantai 5       = 2300 m2
Perbandingan sika       = 1 m2 : 3 kg
Berat 1 sak sika           = 25 kg
Jumlah sak                   =
                                                = = 276 sak

Perbandingan penetron           = 1 m2 : 1 kg
Berat 1 sak penetron               = 23 kg
Jumlah sak                               =                                              
                                                = = 100 sak

Jadi, kebutuhan floor hardener untuk pekerjaan pelat lantai 5 adalah sebanyak 276 sak sika chapdur dan 100 sak penetron.

SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pembahasan dalam masalah khusus tentang metode pelaksanaan pekerjaan pelat lantai didapat kesimpulan sebagai berikut:
a.              Metode Pelaksanaan pekerjaan pelat lantai 5 pada proyek Noble House masih menggunakan cara konvensional, meliputi pekerjaan pemasangan bekisting dan perancah, pengecekan elevasi lantai, pemasangan besi tulangan, proses checklist tulangan, pembersihan area yang akan dicor, proses pengadaan beton, tes slump, pengambilan sampel beton, pengadukan mortar, penuangan ke mobil pompa, proses chipping sambungan beton lama, pekerjaan pengecoran lantai, pekerjaan floor hardener, perawatan, marking lantai sampai pembongkaran bekisting.
b.             Hal yang perlu diperhatikan selama proses pekerjaan pelat lantai antara lain, proses pengecekan elevasi lantai harus dilakukan dengan sangat teliti agar tidak terjadi deformasi saat pengecoran berlangsung, letak besi tulangan harus berada di atas beton decking, pemesanan volume beton harus sesuai dengan kebutuhan pada shop drawing dengan kelebihan beton 5 %. Pekerjaan chipping pada sambungan beton lama dilakukan dengan ketebalan kurang lebih 1-2 cm, proses pemadatan dengan vibrator saat pengecoran berlangsung harus merata atau menyeluruh.
c.              Jumlah floor hardener yang dibutuhkan yaitu sebanyak 276 sak sika chapdur dengan berat per sak 25 kg dan 100 sak penetron dengan berat per sak 23 kg.

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama kerja praktek di proyek pembangunan Noble House, ada beberapa saran yang perlu diperhatikan, yaitu:
1.             Sebaiknya mahasiswa membuat jadwal kerja praktek yang teratur dan target kegiatan yang ingin dilakukan setiap kedatangan ke proyek agar apa yang ingin dicapai terpenuhi dan waktu kerja praktek yang singkat tidak terbuang sia-sia.
2.             Sebaiknya mahasiswa segera melengkapi data untuk kebutuhan penyusunan laporan dari awal kerja praktek secara bertahap agar tidak mengalami kesulitan dalam penyusunan laporan.
3.             Kelengkapan K3 dalam pelaksanaan pekerjaan harus selalu menjadi prioritas utama.




DAFTAR PUSTAKA
Choeriah, Isnaeni. 2013. Metode Pelaksanaan Perkuatan Shear Wall dengan Cara Chemset dan Estimasi Kebutuhan Materialnya. Laporan Kerja Praktek tidak Diterbitkan. Depok: Universitas Gunadarma.
Ilmusipil.com. Tanpa Tahun. Pekerjaan Pembesian, (online), (http://www.ilmusipil.com/pekerjaan-pembesian, diakses 10 Oktober 2013).
Setiarto, Y. Djoko, “Metoda Bagan Balok (Barchart)”, Fakultas Teknik UNIKOM, 2010.
Yuliana, Candra, “Perbandingan Penggunaan Deking Baja dan Metode Konvensional Untuk Plat Lantai Diperhitungkan Terhadap Biaya, Waktu dan Metode Pelaksanaan”, Info Teknik, Vol.12 No.2, Hal.19, 2011.